Destinasi Wisata Religi (Makam Keramat Panjang) di Pulau Kampai, Sumatera Utara
Oleh. Rahmadani Lestari
Sewaktu masa kuliah dulu aku dapat tugas dari kampus untuk PKL ke Pulau Kampai, mengulik sedikit tentang cerita rakyat/legenda yang ada disana.
Kalian pastinya sudah ga asing lagi la ya mendengar nama Pulau Kampai hehehe
Oke, bagi yang belum tahu aku bakal ngejelasin dimana letak Pulau Kampai dan siapa sih tokoh bersejarah yang ada didalamnya.
So, Pulau Kampai adalah nama sebuah pulau yang terletak di Kabupaten Langkat, kecamatan Pangkalan Susu. Keberadaan objek wisata di Pulau Kampai kecamatan Pangkalan Susu ini memiliki daya tarik karena karakteristik unik yang di miliki dan diversifikasi produk alam yang masih natural (alamiah). Objek wisata Pantai Berawe yang menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke daerah ini, memiliki gambaran kondisi fisik yang sangat menarik seperti pemandangan alam yang indah dengan keadaan alam yang masih asri. Selain daya tarik alam, Pulau Kampai kecamatan Pangkalan Susu ini juga terkenal dengan budayanya berupa makam keramat yang panjang dan hasil laut yang melimpah yang di jadikan sebagai wisata kuliner di tempat ini. Pekerjaan masyarakat adalah petani dan nelayan. Pantai Berawe merupakan objek wisata yang berada di Pulau Kampai membentang luas sepanjang kurang lebih sekitar 7 km.
Pulau Kampai, kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, satu di antara destinasi wisata bahari dengan peninggalan sejarah yang menyimpan berbagai cerita menarik. Dari sisa bangunan zaman Belanda serta legenda makam keramat.
Pulau kampai merupakan pulau mungil yang terletak pada posisi berhadapan langsung dengan jalur maritim Sutra di Selat Malaka. Pulau Kampai berada di sebelah utara Teluk Aru yang menawarkan selain potensi keindahan alam juga peninggalan sejarah berupa makam dan situs bangunan tua. Letaknya yang strategis di gerbang Selat Malaka dan adanya sejumlah peninggalan sejarah, menguatkan keyakinan pulau itu pernah maju dan berkembang sebagai jalur niaga di kawasan Sumatera. Menjejakkan kaki di Pulau Kampai, kita masih dapat menemukan sisa-sisa bangunan zaman Belanda dan makam tua.
Tak jauh dari dermaga, aku mulai perjalanan dengan menyusuri jalan desa. Di sana masih terdapat sisa-sisa tiang pondasi rumah panggung ditaksir berusia ratusan tahun di sisi kiri dan kanan jalan. Pemandangan tiang-tiang beton yang cukup kokoh itu terdapat di depan rumah beberapa warga di pulau itu. Perjalanan di Pulau Kampai bisa dilakukan dengan mengunjungi sejumlah makam kuno. Dari sekian banyak makam terdapat dua pasang makam yang sering diziarahi dan dikeramatkan warga. Salah satunya sepasang makam Keramat Panjang. Tertulis di makam keramat panjang itu tanggal 13, bulannya tidak jelas hanya bertuliskan huruf ‘Nun’ dalam ejaan huruf Arab dan tahunnya bertuliskan angka 1317.
Lanjuttt ke ceritanya ya guyss...
Alkisah zaman dahulu di Pulau Kampai, hiduplah seorang tokoh ulama yang sangat disukai warganya bernama Teuku Keramat Panjang.
Teuku "Keramat Panjang" sudah dilafal sejak tiga generasi penduduk Pulau Kampai. Nama Teuku Keramat Panjang sangat erat hubungannya dengan ulama besar di Langsa. Teuku Keramat Panjang berasal dari negara Pakistan dan merupakan ulama besar. Di pulau Kampai ia menjadi seorang pedagang jual beli emas, kain dan lain-lain. Disamping sebagai pedagang ia membuka perpustakaan serta menulis buku-buku agama, ia juga masih menjalankan profesinya sebagai pendakwah di Pulau Kampai.
Hingga suatu hari tibalah Teuku Keramat Panjang menikahi seorang gadis berumur 14 tahun di Pulau Kampai. Istrinya bernama Siti Bahara Silalahi. Ayah Siti Bahara Silalahi sendiri berasal dari Kabanjahe. Dari pernikahan mereka itu lahirlah dua orang anak laki-laki yang bernama Malik Zohir dan Malik Mansyur.
Teuku Keramat Panjang tidak hanya seorang pedagang sukses, namun seorang intelektual dan agamawan yang menjadi teladan berbagi ilmu di tengah-tengah masyarakat Pulau Kampai.
I hope you like the story. Thankyou bestie ❤
Komentar
Posting Komentar